Wednesday, February 3, 2016

Pelita di Hadapan Tuhan – Petrus Agung – Minggu, 31 Januari 2016

Minggu, 31 Januari 2016
Pelita di Hadapan Tuhan
Petrus Agung

Tuhan tetapkan bahwa kerajaan Israel harus dibagi 2, karena Salomo tidak seperti Daud. Dua suku ikut Rehabeam yang merupakan keturunan Daud, sementara 10 suku lain ikut Yerobeam. Tuhan juga berjanji kepada Yerobeam untuk menjadikan keluarganya seperti Daud, keturunannya akan ada di hadapan Tuhan dan memerintah turun-temurun.

Pernyataan bahwa "selalu ada keturunan Daud yang menduduki tahta" digenapi Tuhan hingga masa kini: raja-raja kerajaan Inggris masih keturunan Daud

And to his son I will give one tribe, that My servant David may always have a lamp before Me in Jerusalem, the city which I have chosen for Myself, to put My name there. (1 Raj 11: 36, NKJV)

Istilah yang digunakan untuk kata "keturunan" adalah pelita.

Di hadapan Tuhan, keturunan kita adalah seperti pelita.

Daud semakin tua, tapi harus menghadapi beberapa raksasa. Daud lupa bahwa usianya menua, dan dalam pertempuran itu Daud hampir mati, tapi ditolong jenderal-jenderalnya.

But Abishai the son of Zeruiah came to his aid, and struck the Philistine and killed him. Then the men of David swore to him, saying, "You shall go out no more with us to battle, lest you quench the lamp of Israel. " (2 Sam 21: 17, NKJV)

Frase "keturunan Israel" juga diterjemahkan sebagai "pelita Israel". Dalam perikop ini yang dikatakan sebagai pelita adalah Daud sendiri. Jika Daud adalah pelita di hadapan Tuhan, maka anak keturunan Daud seharusnya juga jadi pelita di hadapan Tuhan.

Jika orang tua adalah pelita di hadapan Tuhan, maka keturunan kita seharusnya juga jadi pelita di hadapan Tuhan.

Warisan rohani dari orang tua jasmani dan rohani itu nyata. Kita perlu mewarisi semua yang terbaik yang Tuhan berikan sejak Abraham hingga Tuhan Yesus, karena kita masuk pohon keluarga Yesus.

Jika kita lakukan segala sesuatu dengan benar di hadapan Tuhan, maka berkat yang didapat bukan hanya untuk kita, tapi untuk keturunan kita.

P Agung ingin ada anak-anak yang sejak kecil mengenal Tuhan, dan mengerti bagaimana melayani dan bekerja bagi Tuhan. Sehingga Roh Tuhan di dalam anak-anak itu yang menuntun mereka pada destiny mereka. Teknologi masa kini sangat maju, dan anak-anak mampu menguasainya, sementara orang tuanya gaptek. Hanya jika hati mereka dibawa ke Tuhan, dan mereka akan jadi orang yang memuliakan Tuhan seumur hidupnya.

Pengenalan akan Tuhan bisa diwariskan pada generasi berikutnya

Kesaksian tentang warisan rohani
2 minggu lalu p Agung menghadiri ayah bu Ribka (p Thomas) yang ultah ke-80. P Thomas punya warisan yang luar biasa.
Sejak tahun 80an, p Thomas selalu berkata:
"orang Indonesia bisa kenal Tuhan Yesus karena ada orang barat/ asing mengabarkan Firman kebenaran kepada bangsa kita, sehingga banyak orang kenal Tuhan Yesus. Maka kita berhutang pada bangsa-bangsa lain. Sekarang adalah waktu Indonesia memberkati bangsa-bangsa lain."

Karena kondisi Indonesia saat itu buruk, pernyataan ini ditertawakan banyak orang. Tapi p Thomas terus menyampaikan hal ini dengan berani, dan terus mengerjakannya sendiri.

Suatu hari ada beberapa pendeta coba mengikuti misi penginjilan p Thomas, tapi hanya 1 kali ikut, lalu kapok karena model pelayanannya menakutkan.
Dalam salah satu misinya, p Thomas menginjil seluruh penumpang angkot. Saat ada orang gila di jalan, beliau turun dari angkot, menginjili orang gila itu , memotong rambut dan kukunya.

Bu Aning rumah shalom dan p Victor pernah mengikuti pelayanan p Thomas. Mereka mendapat warisan dari p Thomas. Saat ini bu Aning banyak melayani orang miskin, sementara p Victor banyak bergerak di misi.

Tahun 1991 JKI baru mulai sebagai gereja. P Thomas di tahun itu juga merintis gereja. Bu Ribka membantu p Agung. Ada hamba Tuhan lain menegur bu Ribka: mengapa tidak bantu ayahnya? Tapi saat mendengar itu, p Thomas memerintahkan anaknya untuk tetap membantu p Agung. Sikap ini sebuah jiwa besar dan sikap yang sangat langka. Setelah sekian tahun berlalu, ternyata ini investasi p Thomas. Hari ini JKI sudah pergi hampir ke seluruh dunia. Ini juga dari benih yang ditanam p Thomas.

Ilustrasi cara berfikir:
Padi normalnya tidak bisa tumbuh di padang gurun atau daerah bersalju. Supaya menghasilkan, benih itu seharusnya dititipkan pada seseorang yang punya tanah yang subur.

Arahkan anak-anak ikut kebaktian sekolah minggu, sehingga warisan rohani dari gereja juga masuk ke hidup anak-anak.

Salah satu cara penginjilan p Thomas
Anak buahnya diminta mengamen. Jika yang pemilik rumah keluar, orang itu diinjili di depan rumahnya. Setelah 5-6 rumah, baru mereka makan dari hasil mengamen.
Pada Maret 2016 sekolah HOMs yang dikepalai bu Ribka akan buat sekolah untuk pengamen. Bu Ribka menerima warisan dari ayahnya.

Contoh warisan rohani
Ishak mau berikan hak kesulungan pada Esau karena sayang. Yakub tidak bisa ambil hak ini begitu saja karena ada jarak hubungan (gab) dengan ayahnya. Maka Yakub harus menyamar sebagai Esau.

Warisan rohani hanya bisa diterima saat ada relationship antara yang mewarisi dengan yang mewariskan. Jika hubungan terputus atau terganggu, maka warisan itu terhenti.

P Agung punya 3 anak, masing-masing mewarisi dari p Agung, tapi kadar kekuatannya berbeda-beda. Anak pertama kemampuan kepemimpinan (leadership) jauh lebih detil, jauh lebih hebat dari p Agung.
Anak kedua favor nya ajaib, artinya seharusnya tidak bisa, tapi dia menikmatinya.

Dalam sepanjang sejarah gereja, gereja yang dimulai dengan hati yang berontak-pahit-marah-permusuhan, tidak pernah jadi besar. Karena jika hal itu diwariskan, seperti minum sesuatu yang beracun. Apsintus adalah roh kepahitan, jika ada di hati akan menyebabkan semua yang dikatakan pahit. Kepahitan seperti sianida rohani: mematikan rohani dalam waktu singkat.

Jika kita melayani sebagai hamba Tuhan, tapi anak-anak kita tidak tertarik ikut pelayanan, maka ada sesuatu yang salah dengan keluarga itu, walaupun kelihatannya baik. Anak-anak hamba Tuhan yang tidak mau terlibat pelayanan karena ada kepahitan. Mungkin ada tindakan atau perkataan orang tua di rumah yang menyakiti hati anak-anak.

Jika kita melayani Tuhan dengan antusias, semua anak akan ingin ikut melayani Tuhan.

Anak ke-3 p Agung mewarisi hal spiritual, yaitu kepekaan mendengar suara Tuhan.

Akar untuk menyelesaikan banyak hal: mendengar suara Tuhan, bukan emosi atau pikiran kita
Suara Tuhan harus jadi hal yang terpenting dalam hidup kita.

Kesaksian mendengar suara Tuhan
P Agung akan ujian, dan siapkan 1 bolpen. Saat akan masuk kampus, ada suara: beli isi bolpen baru. Awalnya p Agung tertawa dan mengacuhkan karena bolpennya baru. Tapi karena suara itu berkata lagi, maka p Agung membeli isi bolpen. Di tengah-tengah ujian tiba-tiba bolpen macet, dan terpaksa p Agung mengganti dengan isi bolpen yang baru. Hari itu Tuhan selamatkan p Agung dari kepanikan yang tidak perlu.

Kesaksian mendengar suara Tuhan
P Agung diajak makan p Adi. Saat keluar rumah mengenakan T-shirt dan sandal, ada suara berkata: pakai sepatu dan baju resmi. Ternyata sesampai di tempat p Adi, beliau bawa Alkitab, dan ternyata harus melayani kebaktian tutup peti lebih dulu sebelum pergi makan.

Kemampuan mendengar suara Tuhan bisa di-transferkan, bisa didoakan oleh yang memiliki kepada yang belum memiliki.

Jika kita punya anak-anak yang mendengar suara Tuhan, sebelum kita alami sesuatu, Tuhan bisa gerakkan anak-anak untuk mendoakan kita, sehingga ada intervensi Tuhan dalam hidup kita.

Sharing Hadasha – mendengar suara Tuhan
Di buku Benny Hinn ada pernyataan: setiap kita bisa mendengar suara Tuhan, tapi dimulai dengan lembut, kecil dan berbisik. Seringkali itu tidak terdengar karena kalah dengan keinginan, kebisingan di pikiran kita, dan pendapat pribadi kita. Kita sendirilah yang menghalangi mendengar diri kita mendengar suara Tuhan.

Shasha nyaman jika berada di kamar doa papinya. suatu pagi Shasha masuk ke kamar doa, lalu ditanya p Agung "apakah mau dengar suara Tuhan". P Agung minta Shasha duduk diam dan mendengarkan. Perkataan Tuhan yang pertama didengar: "Sha, tidur". Ini disampaikan ke p Agung, lalu p Agung minta Shasha ikuti itu dan pergi tidur. Ini adalah awalnya. Saat itu Shasha kelas 3 SD.
Sampai hari ini Shasha belajar mendengar suara Tuhan, juga belajar membedakan antara suara hati sendiri dengan suara Tuhan.

Semua suara Tuhan ujungnya adalah berkat.

Shasha bertemu Tuhan secara fisik untuk pertama kali di HS junior. Saat itu kebaktian biasa. Tiba-tiba hadirat begitu kuat, Shasha bersujut, lalu muncul sosok Tuhan menghampiri, dan Shasha jatuh cinta saat menatap mata Tuhan. Shasha menangis berjam-jam karena merasakan hadirat dan cinta Tuhan.

Untuk mendengar suara Tuhan, dan berjumpa dengan Tuhan, diperlukan ketenangan di dalam hati, dan ada penundukan diri.

Korespondensi:
antoniusfw1@gmail.com (email, dan FB);
@Antonius_FW (tweeter);
pin BB 2A67038C
WhatsApp, Line, WeChat 085 727 868 064

No comments:

Post a Comment