Minggu,
03 Agustus 2014
Dari
Bertahan hidup sampai berkelimpahan
Yosea
Christiono
Tuhan
akan bawa kita kepada kelimpahan. Mengerti posisi kita saat ini
menentukan kita akan bergerak ke mana, membuat kita mampu menanti
janji Tuhan dengan tenang.
Kelimpahan bukan hanya soal materi, tapi soal hati, mental dan jiwa yang harus memiliki pondasi untuk menerima kelimpahan.
Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan
kepadamu. (Mat 6: 33)
Kita
tidak bisa meloncat dari posisi bertahan hidup langsung menuju
kelimpahan, karena harus melalui tahapan-tahapan. Tuhan akan membawa
kita pada kelimpahan, tapi ditambahkan bertahap sesuai posisi kita.
Janji Tuhan kepada Abraham:
Berfirmanlah
TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak
saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan
kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan
memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan
menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati
engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu
semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (Kej 12:
1-3)
Orang pendatang selalu punya daya juang yang lebih besar. Itulah sebabnya Tuhan perintahkan Abraham pergi dan keluar dari tempatnya semula, karena Tuhan akan memberkati Abraham dan menjadikannya menjadi bangsa yang besar.
Janji Tuhan kepada Abraham juga merupakan jatah kita.
Jika
kehidupan kita tidak ada peningkatan, maka ada yang salah dalam hidup
atau pola pikir kita.
Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, JIKA engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu: (Ul 28: 2)
Perkataan
“jika” menandakan adanya syarat untuk mendapatkan janji Tuhan:
jika hati kita menempel dan memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan.
Hati yang menempel pada Tuhan akan mengalami suka-cita, mempengaruhi
konsep berfikir, emosi, dan mental kita. Semua itu akan membawa
perubahan pola hidup yang akan mendatangkan berkat pada kita.
Ay 4 frase "hasil bumi" dan "hasil ternak" artinya yang diberkati bukanlah orang yang menganggur, tapi bekerja dan hatinya melekat pada Tuhan.
Banyak orang berada di persimpangan antara menginginkan yang jasmani atau yang rohani. Kebingungan ini tidak akan terjadi jika kita punya Tuhan, punya Firman, punya pengertian, dan punya Roh Kudus yang mendampingi kita.
Kelimpahan
secara materi
Fil 4: 10-13 - Paulus mengerti arti kekurangan maupun kelimpahan (ay 5).
Ada
5 tahapan kelimpahan, dan ini tidak ditentukan oleh berapa materi
yang dimiliki
- Bertahan hidup – dilambangkan jari kelingking
- Kekurangan – dilambangkan jari manis
- Cukup – dilambangkan jari tengah
- Lebih dari Cukup – dilambangkan jari telunjuk
- Kelimpahan – dilambangkan jempol
… baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan (Fil 4: 12b)
Titik
“bertahan hidup” berada di antara kenyang dan lapar. Jika saat
ini kita berada di titik “bertahan hidup”, kita belum bisa
berfikir tentang rumah atau kendaraan. Dari posisi “bertahan hidup”
kita bisa mencapai kelimpahan, tetapi melalui tahapan-tahapan seiring
pengalaman dengan Tuhan, perubahan pola pikir, perubahan mental,
kebiasaan hidup.
Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. (Yoh 10: 9-10)
Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan kita. Kemudian Ia menjamin bahwa kita bisa bertahan hidup, bahkan mencapai untuk berkelimpahan.
Level
Cukup – Mzm 23: 1-2, 5-6
TUHAN
adalah gembalaku, takkan
kekurangan aku. (Mzm 23:1)
Saat
Tuhan gembala kita, maka kita berada di posisi cukup, artinya tidak
kekurangan.
Ay
5 – Tuhan membawa dari level “tidak kekurangan” hingga level
“limpah”
Ay
6 – Frase “kebajikan dan kemurahan” berbicara tentang hati dan
jiwa kita.
Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (Fil 4: 11)
Saat menulis ini posisi Paulus sebenarnya dalam kondisi kekurangan, bahkan kelaparan. Tapi Paulus memilih bersikap: belajar mencukupkan diri.
Level “cukup” adalah saat pemasukan seimbang dengan pengeluaran
Ilustrasi:
Pasangan muda yang baru menikah, gaji mereka berdua totalnya 2,7 juta. Ternyata mereka bisa hidup, bahkan menabung 200-300 ribu per-bulan. Artinya pasangan ini hidup di posisi cukup.
Pasangan muda yang baru menikah, gaji mereka berdua totalnya 2,7 juta. Ternyata mereka bisa hidup, bahkan menabung 200-300 ribu per-bulan. Artinya pasangan ini hidup di posisi cukup.
Level
“cukup bukan hanya sekedar masalah angka. Jika
pemasukan 5 juta, tapi pengeluaran 7 juta, maka masuk di posisi
kurang. Pasangan dalam ilustrasi di atas penghasilannya lebih kecil,
tapi di level “cukup”. Maka level “cukup” itu relatif.
Ilustrasi:
Penghasilan di awal menikah 3 juta. Beberapa tahun kemudian penghasilan jadi 5 juta. Jika gaya hidup-nya tetap sama seperti saat penghasilan 3 juta, maka dia bisa simpan 2 juta. Maka posisinya lebih dari cukup.
Tuhan akan beri kita berkat. Tapi jika kita tidak bisa me-manage dengan baik, maka kita tidak akan pernah mencapai kelimpahan.
Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
Sebab
kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat
membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
(1Tim 6: 6-8)
Paulus
mengajarkan Timotius untuk mencukupkan diri dalam segala situasi, dan
selalu bersyukur.
Saat kita berkata cukup, maka hati kita tenang (semeleh), tidak resah (kemrungsung).
Orang
yang merasa kurang, seluruh pemikiran dipenuhi kekuatiran, sehingga
saat ibadah Firman tidak bisa masuk. Orang yang berkata cukup, beban
pikiran hanya 40-60%, sehingga masih ada ruang untuk menerima Firman
Tuhan.
Berkecukupan adalah ketika pemasukan saya seimbang dengan kebutuhan saya.
Dua
hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni:
Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan
kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan
yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak
menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin,
aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku. (Ams 30: 7-9)
Miskin
artinya di level bertahan hidup. Kekayaan artinya di level lebih dari
cukup atau limpah. Rasa cukup itu membuat teduh, tidak resah
(kemrungsung),
dan memberikan kekuatan pada mental dan hati kita.
Level bertahan hidup
"Karena
itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa
yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan
tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih
penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada
pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan
tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi
makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi
burung-burung itu? (Mat 6: 25-26)
Kita
tidak perlu khawatir tentang hidup kita, karena Tuhan menjamin kita
bisa bertahan hidup: pasti makan. Jika bisa makan, ucapkan syukur,
karena itu akan memberikan ketenangan pada jiwa kita.
Ilustrasi:
Ada berita tentang ibu dan anak yang bunuh diri. Ini artinya dia kalah dengan ayam. Ayam dari kecil dilatih induknya untuk mencari makan di sekitarnya (ceker-ceker). Jika ibu itu mau merendahkan diri untuk minta makan ke tetangganya, maka tidak perlu bunuh diri.
Ilustrasi:
Ada berita tentang ibu dan anak yang bunuh diri. Ini artinya dia kalah dengan ayam. Ayam dari kecil dilatih induknya untuk mencari makan di sekitarnya (ceker-ceker). Jika ibu itu mau merendahkan diri untuk minta makan ke tetangganya, maka tidak perlu bunuh diri.
Gengsi
membuat pintu besar yang tertutup saat kita butuh pertolongan dari
orang lain.
Tuhan bisa gunakan siapapun untuk membuat kita bertahan hidup.
Tuhan bisa gunakan siapapun untuk membuat kita bertahan hidup.
Level
Kekurangan
Siapa
mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai
kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia (Pkh
5: 9)
Orang yang tidak punya rasa cukup dan rasa puas, adalah orang yang di level kekurangan. Orang di level ini cinta uang, tidak bisa memberi dengan sukacita.
Contoh:
sudah punya 1 mobil, ingin 2 lagi. Sudah punya 1 rumah, ingin punya
lagi.
Contoh
orang yang hidup dalam kelimpahan: P Yusak bisa tenang dalam segala
situasi, karena bisa menerima semua keadaan dengan percaya pada
pertolongan Tuhan.
Setiap orang berhak menilai dirinya sendiri, tetapi kerelaan mentaati kehendak Tuhan akan membawa kepada kelimpahan yang sesungguhnya.
Perpuluhan adalah hak Tuhan. Sekedar memberi perpuluhan, artinya sekedar mengembalikan hak Tuhan, maka tidak akan bisa mencapai kelimpahan, karena masih cinta uang.
Memberi harus dengan SUKACITA dan BERTANGGUNG-JAWAB.
Contoh
kasus:
Seorang
ibu tergerak memberi seorang hamba Tuhan sebesar jatah hidup keluarga
sebulan. Kemungkinan yang bisa dilakukan: menggunakan tabungannya
pribadi, atau minta ijin kepada suami.
Sekedar
memberikan semua hasil kerja membawa kita di level bertahan hidup dan
tidak bisa menjadi berkat. Jika kita membiasakan hidup dengan longgar
dan limpah, maka kita akan bisa memberi dengan sukacita.
Kelimpahan
secara Jiwa
Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja (3Yoh 1: 2)
Baik-baik dan sehat-sehat dalam segala sesuatu: mental, emosi, keuangan, materi, hubungan, pekerjaan. Saat jiwa kita baik-baik, maka segala sesuatu akan baik-baik.
Jiwa yang limpah mengatakan bahwa dirinya limpah dan lebih dari cukup, maka segala sesuatunya akan lebih dari cukup dan limpah. Jiwa yang limpah memiliki kelonggaran dalam segala hal.
Jika setiap hari berfikir hanya tentang diri sendiri yang ingin kaya, maka 100% pikiran hanya untuk diri sendiri. Akibatnya gampang tersinggung atau marah.
Jiwa yang berkelimpahan:
- Bersumber dari hati yang berharap dan mengandalkan Tuhan (Yer 17: 7-8)
- Memiliki emosi yang sehat karena diterima, dicintai, dan memiliki gairah kehidupan (Mat 3: 17)
- Memiliki pikiran Kristus yang mengenal kehendak Bapa dan berhati hamba (Fil 2: 1-5)
- Memiliki kehendak yang sejalan dengan kehendak Tuhan (Rm 12: 2)
Setiap kita punya destiny yang khusus dan spesial. Membandingkan hidup kita dengan orang lain membuat level hidup kita tidak bisa naik. Kita jadi iri hati, tidak tenang, susah menerima masukan.
Kelimpahan adalah memiliki SANGAT BANYAK KELONGGARAN dalam segala sesuatu:
Untuk
memberi, untuk perduli, untuk mengasihi, untuk mendengarkan, untuk
menolong, untuk menasehati, untuk memperhatikan, untuk berkorban,
untuk taat, untuk memberkati.
Kita atur keuangan, sehingga punya simpanan/ tabungan. Sehingga saat tergerak untuk memberi, kita bisa memberi dengan bebas. Salah satu kesedihan: ingin memberi, tapi tidak punya.
Orang
yang perduli: tidak hanya melihat kepentingan diri sendiri. Sehingga
saat orang lain membutuhkan bantuan, kita bisa melihat kebutuhannya
dan mengulurkan tangan untuk membantu.
Siapa
menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang
akan membalas perbuatannya itu. (Ams 19: 17)
Perpuluhan membuka tingkap langit di atas kita. Tetapi berapa berkat yang kita terima tergantung dari kemurahan dan kelimpahan hati kita dalam memberi.
Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (2Kor 8: 2-3)
Makedonia adalah jemaat yang miskin secara materi, tapi memiliki mental memberi. Mereka memberi melampaui kemampuan mereka.
Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, --dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami--demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. (2Kor 8: 7)
Ada sukacita besar dalam melayani Tuhan.
Why
3: 15-19 – Kondisi
kita di hadapan Tuhan.
Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,(Why 3: 15-19)
Kita bisa saja kaya secara materi, tapi Tuhan bisa melihat kita sebaliknya.
Portal
Bahtera: http://web.keluargarhema.com/
Korespondensi:
antoniusfw@facebook.com
(FB);
antonius_fw@yahoo.com
(YM);
antoniusfw1@gmail.com
(email, YM dan FB);
@Antonius_FW
(tweeter);
pin
BB 24D0C381
WhatsApp
, WeChat, Line – 085 727 868 064
No comments:
Post a Comment