Friday, December 2, 2016

Gaya Hidup Yesus – Yosea D Christiono – Minggu sore, 20 November 2016

Minggu, 20 November 2016
Gaya Hidup Yesus
Yosea D Christiono

Seorang anak merindukan figur yang baik. Anak bertumbuh dengan mencontoh orang-tuanya. Anak belum tahu apakah contoh dalam keluarganya itu baik atau tidak sampai ia mempunyai figur pembanding lain. Kebutuhan akan figur bukan hanya bagi anak, tapi juga bagi remaja.

Ilustrasi:
Seorang karyawan baru akan dikenalkan visi dan peraturan perusahaan, kemudian di latih melaksanakan pekerjaan yang jadi bagiannya, sesuai standart perusahaan.

Di JKI, anak muda yang akan menikah harus melalui konseling pra-nikah. Isi konseling adalah membagi kebenaran-pengertian-pengalaman yang dihadapi di depan dalam keluarga. Akan diberitahukan standart ideal untuk menjadi seorang suami atau istri. Harapannya pasangan ini akan saat memasuki pernikahan akan berlaku-bersikap-berpikir-bertindak sesuai kebenaran.

Tuhan menyelamatkan kita dengan harapan supaya kita menjadi anak-anak Allah yang berkarakter seperti Dia

Jika anak-anak tidak mendapat contoh di rumahnya, seharusnya ada contoh di gereja. Pemimpin gereja mau tidak mau jadi figur contoh bagi semua kalangan. Saat anak muda sudah tidak percaya dengan pemimpin, dasar karakternya akan goyah.

Pertumbuhan pribadi kita harus mengarah menjadi seperti Yesus. Yesus harus jadi pola hidup kita.

Kesaksian
Orang tua ps Yosea bercerai. Maka ps Yosea mencari figur orang tua di gereja.

Setiap orang membutuhkan figur yang dicontoh. Jika tidak ada contoh di rumah, keluarga dan gereja, maka mereka mencari di luar: teman-teman, artis-artis, dll.

Tuhan Yesus mempunyai gaya hidup tertentu. 1 Yoh 2: 3-6

Kita wajib hidup seperti Kristus telah hidup. Ini bukan pilihan.

Kita adalah manusia batiniah yang tinggal di dalam tubuh. Kita bertumbuh setiap hari dalam pembacaan dan perenungan FT, doa, pelayanan, dll.
Maka jika tidak ada perubahan kehidupan artinya ada yang salah. Kebiasaan lahiriah kita seharusnya berubah, hati lebih lembut: lebih sabar, ada buah-buah Roh jadi bagian karakter kita. Semakin kuat hal-hal Ilahi dalam hidup kita, maka tanpa sadar kita sudah meninggalkan hal-hal daging.

1. Yesus tahu tujuan hidupNya, dan mengerjakannya dengan cinta

Yoh 4: 34

Tujuan hidup Yesus: melakukan kehendak Bapa dengan kasih dan cinta. Ini membuat Yesus bisa menghadapi sesulit apapun yang terjadi.

Sebelum pemberkatan nikah, p Yos selalu menanyakan apakah pasangan sudah mantap untuk menikah. Selanjutnya ditanyakan mengapa mantap? Di titik ini banyak orang bingung.
Pertanyaan berikutnya: jika faktor penyebab kemantapan itu hilang, apakah tetap cinta?
P Yos berharap pasangan sudah saling mengenal: baik kebaikan dan kekurangan, lalu menghitung apakah masing-masing mampu menghadapi model pasangannya. Sebelum kenal, tidak bisa berhitung.

Contoh: Jika pasangan suka ngambek, mampukah mengatasi sikap itu dengan baik.

Pasangan yang benar-benar mantap di awal pernikahan, pernikahannya tidak mudah hancur karena berbagai masalah. Karena sudah sepakat untuk jalan bersama.

Memiliki tujuan hidup yang konkrit itu penting. Karena membuat kita bisa melihat kemungkinan hambatan yang ada, merancang strategi untuk mencapainya, ada sesuatu yang dikejar.

Tujuan hidup p Yos adalah menggenapkan rencana Tuhan sesuai panggilan p Yos: menjadi seorang ayah, gembala, pengajar, motivator yang mempengaruhi banyak orang.

2. Yesus tumbuh dan hidup dalam sebuah keluarga

Luk 2: 49-52

Tuhan Yesus bertumbuh dan dibentuk dalam keluarga. Sebelum berkarya di usia 30 tahun, Yesus hidup dalam asuhan orang-tuaNya. Yesus menikmati semua proses hidupnya, tahu tujuan hidupNya kelak, tapi tetap menundukkan diri kepada Yusuf dan Maria, dan tinggal dalam asuhan mereka.

Membangun hubungan anak-orang tua di usia 6-12 tahun. Di usia 12-18 tahun adalah usia pendampingan sebagai teman. Anak sebaiknya baru berpisah dengan orang-tua (misal: studi di kota yang berbeda) di usia setelah SMA.

Tidak ada tempat yang lebih baik selain di keluarga, karena di sana ada penerimaan dari orang-tua dan saudara.

Semua yang dilakukan orang-tua akan dicontoh anak-anak saat mereka menikah kelak. Jika orang-tua tidak bersikap adil, tidak bisa menjelaskan mengapa sesuatu dilakukan, tidak bisa komunikasi dari hati ke hati, kelak mereka juga tidak bisa lakukan itu dalam rumah-tangganya.

Jika kita tidak punya keluarga yang ideal, masih ada Bapa di surga yang bisa menggantikan orang-tua kita. Keluarga yang gagal tidak boleh jadi alasan untuk menyalahkan orang lain, menyalahkan hidup kita, mundur, lalu tidak berbuat apa-apa.

3. Yesus menjalani hidupNya dengan kuasa

Mat 9: 4-8

Setelah lahir baru dan terima babtisan Roh Kudus, maka ada kuasa Tuhan di dalam kita. Tidak ada ketakutan dan kekuatiran, percaya Tuhan menyertai hidup kita, tidak mudah terpuruk karena keadaan sekitar. Kita tahu cara meng-aplikasikan Firman dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.

Kuasa gelap tidak mempan terhadap kita, jika kita di dalam Yesus

Contoh tatanan Ilahi dalam pengusiran setan di suatu rumah:
  1. Pemilik rumah menyerahkan kepemilikan rumah itu menjadi milik Tuhan Yesus.
  2. Hamba Tuhan meminta berkat dan anugerah bagi rumah dan keluarga.
  3. Hamba Tuhan dan pemilik rumah berdoa untuk membatalkan semua yang buruk tentang rumah itu: kutuk, kegagalan, kematian, kerugian, dll, diganti yang dari Tuhan : keberuntungan, kesehatan, dll.
  4. Minta proteksi darah Yesus untuk seluruh keluarga, kemudian urapi rumah jika diperlukan.

Jika tatanan ini dilakukan, tidak akan ada serangan balik, karena kita dalam proteksi darah Yesus. Ini adalah hukum, maka siapapun bisa melakukan, tidak harus memanggil hamba Tuhan.

Kuasa Tuhan harus dipraktekkan: doa kesembuhan, doa pelepasan, mengusir setan, dll. Jika tidak dicoba praktek, tidak akan pernah bisa. MK adalah tempat terbaik untuk bersama-sama berlatih menggunakan kuasa yang dari Tuhan.

Jalani hidup dengan kuasa, karena jika kita tidak punya kuasa, kita akan sering kebingungan dan dipermainkan setan.

Kesaksian
Sebelum bepergian p Yos berdoa menyerahkan proteksi Tuhan, lalu menolak 3 hal: roh maut, roh kecelakaan, dan roh orang yang ngawur. Karena walaupun kita berhati-hati, kadang-kadang kita mengalami masalah karena kengawuran orang lain.

4. Yesus bergaul dengan semua level orang, termasuk orang berdosa

Mat 9: 9-12

Jika iman kita tidak kuat, lalu kita bergaul dengan orang berdosa, kita akan ikut berdosa. Tapi jika kita taat pada kebenaran, kita akan tahu batas: kapan berbicara, kapan berhenti. Kita perlu bergaul sebagai jembatan hubungan, sehingga saat kita harus masuk untuk melayani, ada pintu terbuka. Orang tidak nyaman didoakan oleh yang tidak mereka kenal. Apakah kita membangun jembatan, atau memutuskan jembatan dengan semua orang? Jika di dalam kita ada Tuhan, kita tidak perlu takut terpengaruh keburukan orang lain.

5. Yesus konfrontasi dengan roh agamawi

Mat 9: 14-17

Taurat membuat kita mengerti arti dosa, karena larangan membuat kita mengerti pelanggaran. Yesus menggenapkan dan menyempurnakan pengajaran Taurat. Saat seseorang menuntut orang lain menurut Taurat, Yesus muncul dengan bahasa anugerah.

Yesus berkata: jangan menghakimi, karena ukuran kita itu akan dikenakan kepada kita.

Beranikah ber-konfrontasi dengan roh agamawi di sekitar kita?

Kita harus berdoa karena percaya pada penyertaan Tuhan, bukan karena takut. Semua yang agamawi dilawan Tuhan Yesus, karena dasarnya salah.

Jangan konfrontasi dengan orang yang tidak kita kenal. Konfrontasi hanya dilakukan pada:
  • Orang yang bertanya pada kita
  • Orang-orang di bawah kita: pasangan, anak-anak, jiwa-jiwa yang kita gembalakan.
Mari meniru manusia batiniah Yesus, jangan hanya penampilan luarnya

6. Yesus mengajar dengan sederhana

Luk 12: 1-2

Yesus mengajar dengan sederhana: benih, pohon, buah, ragi, domba, kasut, jubah, ikan, semua yang dikenal dan dijumpai orang banyak sehari-hari. Yesus tidak mengajar dengan hal-hal yang rumit.

Jika harus menjelaskan sesuatu, usahakan supaya menjelaskan secara sederhana, sesuai kebutuhan. Penjelasan kita harus membuat kita semakin cinta Tuhan, bukan semakin muak.

7. Tuhan meng-kloning-kan diriNya kepada murid-muridNya

Luk 10: 1-3, 17-20
Tuhan meng-kloning diriNya, mengajari dan melatih murid-muridNya untuk melakukan seperti yang Yesus lakukan.

Bagikan hidup kita dalam Tuhan kepada orang-orang lain, sehingga mereka juga mengalami Tuhan.


Korespondensi:
@Antonius_FW (tweeter); pin BB 5CE70545
WhatsApp, Line, 085 727 868 064

No comments:

Post a Comment