Minggu
pagi, 20 November 2016
Pondasi
Keluarga
Philip
Mantofa
Gereja
yang berhasil dimulai dari hubungan yang berhasil. Gereja terdiri
dari unit keluarga. Setiap keluarga yang ada dalam sebuah gereja akan
mempengaruhi gereja itu, mulai dari keluarga hamba Tuhan maupun
keluarga jemaat.
Kesaksian
Ps Philip adalah orang sangat sibuk, menjadi salah satu pemimpin dari tim penggembalaan salah satu mega church dengan 45 ribu anggota. Banyak hal yang terjadi dalam pelayanan yang menuntut waktu ps Philip. Kunci keberhasilan pelayanan ps Philip adalah keluarga yang bahagia, maka pengajaran ps Philip tentang keluarga relevan bagi semua orang, termasuk yang sangat sibuk.
Kunci
sukses dalam hidup kita, di bidang apapun, tidak lepas dari
kebahagiaan keluarga
Orang pertama yang Tuhan percayakan pada kita bukan orang-orang dalam pekerjaan atau pelayanan kita, tapi keluarga kita.
Kita boleh dan seharusnya penuh pewahyuan, karunia, perkara surgawi, dll. Tapi kita tidak boleh hidup hanya berdasar karunia itu, tetap harus menapak di bumi. Artinya ada kehidupan nyata yang harus dikelola.
Setiap
anak Tuhan harus menjaga keseimbangan antara karunia dan keluarga,
antara pelayanan dan keluarga, antara karir dan keluarga.
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. (1Kor 13: 13)
Banyak orang mengejar iman. Iman adalah cikal bakal mujizat. Manusia selalu lapar akan kuasa, sehingga manusia mengagumi iman. Orang-orang yang penuh iman menarik manusia. Iman menjadi perlombaan.
Saat
iman mulai mengorbankan kasih, maka terjadi salah prioritas.
Iman adalah perlombaan. Iman selalu bicara tentang pencapaian: jumlah jemaat, berkat, jumlah yang disembuhkan, jumlah yang dibangkitan, dll.
Jangan
terpancing untuk membuktikan diri. Setiap pembuktian diri memerlukan
tujuan
Iman itu penting. Tanpa iman kita tidak bisa menyenangkan Tuhan, tidak bisa melakukan perkara-perkara besar.
Tetapi
tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
(Ibr 11: 6a)
Iman
bekerja melalui kasih. Walau seseorang beriman luar biasa, tapi hidup
kasihnya runtuh atau rapuh, maka Tuhan tidak melihat dia sebagai
orang yang melayani Tuhan dengan segenap hati.
Sekalipun
aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa
malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong
yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Sekalipun
aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala
rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki
iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Dan
sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan
menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai
kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku. (1Kor 13: 1-3)
Meninggalkan keluarga untuk pelayanan adalah iman tanpa kasih, atau iman yang mengorbankan kasih.
Contoh:
- Saat anak ulang tahun tidak hadir, malah KKR
- Saat seharusnya merayakan anniversary pernikahan malah pergi misi.
Ada
2 penghakiman di kehidupan setelah kita mati atau diangkat:
- Pengadilan domba dan kambing (Why 20: 12)
- Pembagian upah bagi mereka yang di dalam Kristus (1Kor 3: 11-15)
Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus (Rm 8: 1)
Mereka
yang di dalam Kristus tidak dihakimi, tapi menerima sesuai
pekerjaannya (1Kor 3: 11-15). Sistem upah Allah adalah kasih,
seberapa kita mengasihi orang lain (Mat 25: 31-46).
Cermin yang menunjukkan apakah kita hidup dalam kasih adalah orang-orang di sekitar kita, yaitu keluarga: istri dan anak-anak kita.
Sudahkah kita sukses mengasihi? Sudahkah kita belajar menguasai seni mengasihi?
Kelak
di akhirat yang Tuhan tanyakan: sudahkah kita mengasihi orang tua
kita, anak-anak kita, suami/ istri kita, saudara kandung kita?
Tuhan
tidak akan menanyakan pencapaian-pencapaian kita. Dalam Mat 25
kambing berkata sudah melakukan banyak hal, dan Tuhan mengakuinya.
Tapi yang menyembuhkan, melepaskan, memberkati adalah nama Yesus,
artinya Tuhan sendiri yang melakukan. Mujizat tetap bisa terjadi
walau hamba Tuhan yang melakukannya hidup dalam dosa. Karena nama
Yesus sangat berkuasa.
Ilustrasi:
Emas yang tertelan oleh anjing dan keluar dalam kotorannya tetap sama
berharganya.
Kita
harus belajar mengasihi, sehingga kita bisa lulus ujian kasih. Iman
tidak perlu diuji, karena iman sekecil biji sesawi bisa memindahkan
gunung.
Tipuan
iblis: Manusia mengejar sukses sedemikian sehingga keluarganya tidak
bisa menikmati, bahkan justru kehilangan.
Jika
tidak bisa menikmati keluarga saat kekurangan, saat sukses juga tetap
tak akan bisa menikmati.
Sukses, mujizat, lawatan Tuhan, pencapaian, jemaat berkembang, semua adalah bonus. Tapi yang utama: sudahkah kita belajar mengasihi dan sukses mengasihi? Takarannya adalah keluarga kita.
Kesaksian:
Kesuksesan
yang kelak ps Philip bawa ke Tuhan bukan pelayanannya, tapi sudah
merawat dan mengasihi istri dan anak-anaknya dengan baik.
Jangan
letakkan status dan identitas di atas keberhasilan karir dan
pelayanan, tapi takaran kesuksesan adalah keluarga inti.
Gembala yang sehat mengatur prioritasnya:
- Tuhan Yesus
- Keluarga
- Pelayanan/ pekerjaan
Jika seseorang hubungannya tidak beres dengan Tuhan atau dengan keluarganya, maka akan mencari pengakuan di luar. Akibatnya ada pamrih dalam pelayanan.
Utamakan
keluarga lebih dari pelayanan-pekerjaan-karir
Kasih harus dikelola. Satu-satunya orang yang punya kasih tak terhingga adalah Yesus. Suami-istri pun kadang sulit menerima kelemahan pasangannya. Kasih dan usia manusia terbatas. Manusia tidak mampu memberikan kasih agape kepada semua orang. Maka kita harus profesional mengelola kasih, sehingga bisa mengerjakan visi Bapa. Kita harus jelas: dengan siapa kita hidup saat ini.
Contoh:
Bisakah kita mewariskan seluruh hasil kerja kita selama
bertahun-tahun pada orang yang tidak kita kenal?
Saat hubungan keluarga sehat, maka gereja sehat.
Kesaksian
Ps
Philip komitmen kepada cabang-cabang gereja Mawar Sharon. Karena
sudah terjadwal untuk melayani, walau di Jakarta baru terjadi demo
besar-besaran, dan ada intimidasi kepada umat Kristen, ps Philip
tetap berangkat.
Tapi
jika undangan ke Jakarta bukan pelayanan, melainkan undangan
pernikahan, maka ps Philip tidak akan berangkat.
Komitmen
ps Philip untuk melayani di gereja selain GMS juga tidak sebesar
komitmennya terhadap gereja-gereja GMS. Karena di gereja lain
posisinya hanyalah sebagai salah satu pembicara.
Tuhan
sayang pada semua orang, tapi ps Philip tidak bisa sayang kepada
semua orang dengan cara yang sama.
Salah satu fungsi urapan Tuhan di hidup kita: membuat pengelihatan akan posisi tiap-tiap orang di hidup kita menjadi jelas, sehingga kita bertindak bijaksana
Mengelola kasih membuat kita lebih mudah mengambil keputusan. Di pelayanan kita hanyalah salah satu yang bisa melakukan, tapi di keluarga kita adalah satu-satunya ayah atau ibu bagi anak-anak. Demikian juga di tempat kerja, kita hanyalah salah satu karyawan.
Mengapa kita harus mengelola kasih
1.
Tidak semua orang punya nilai yang sama dalam hidup kita.
Contoh:
Ps
Philip diundang berbicara di JKI karena diundang dan kenal dengan ps
Tina. Ps Philip mengatur jadwal-jadwalnya terlebih dulu, dan mencari
yang masih senggang. Tapi jika seseorang yang tidak dikenal
menghubungi dan meminta berkhotbah, maka akan diarahkan pada
sekretarisnya.
Jika
yang memintanya datang adalah gembala GMS Semarang, maka itu jadi
prioritas dan ps Philip segera ke Semarang, karena ada komitmen
sebagai orang-tua rohani bagi gembala GMS itu.
Ada
orang tertentu yang prioritasnya lebih tinggi lagi, sewaktu-waktu
menghubungi, ps Philip akan langsung datang secepatnya.
Jangan diputar balik: orang yang harusnya jadi VIP di hidup kita, malah tidak mendapat prioritas
Yesus sendiri punya prioritas. Ada lingkaran kepercayaan yang terdiri dari 70 murid (lingkaran ketiga), 12 rasul (lingkaran kedua), dan 3 murid (inner-circle), dan Yohanes sebagai murid terkasih. Di luar 3 lingkaran ini adalah lingkaran pengaruh.
Kasih
terhadap "lingkaran pengaruh" tidak boleh lebih besar dari
kasih terhadap "lingkaran kepercayaan"
Pusat kehidupan kita: Yesus. Yesus yang memerintah dalam pernikahan, dalam rumah-tangga, dalam pelayanan, dalam pekerjaan, dll.
Lingkaran
kedua adalah hanya bagi pasangan hidup. Hanya bagi suami-istri, tidak
boleh ada orang ke-3, termasuk anak, orang-tua, apalagi teman –
seberapapun rohani atau ber-karunia-nya orang itu.
Saat
orang lain masuk ke lingkaran kedua, maka pernikahan akan jadi
renggang.
Contoh:
mengutamakan anak, membiarkan anak tetap tidur di antara orang-tuanya
walau menurut usia seharusnya sudah tidur sendiri, dll.
Warisan paling berharga bagi anak: pernikahan orang-tua yang bahagia, karena jiwanya akan utuh.
Suami-istri adalah satu tubuh. Keputusan tentang hal-hal di luar keluarga, harus berdasar kesepakatan suami-istri.
Cara memasukkan orang lain ke dalam lingkaran kedua adalah dengan menceritakan masalah rumah-tangga kepada orang lain, terutama lawan jenis.
Kesaksian:
Seminggu sekali ps Philip dan istri kencan hanya berdua tanpa anak. Ini untuk menjagai romantisme, persahabatan, dan kepercayaan.
2. Agar kita mengerti cara meresponi setiap orang.
Jika kita mengerti prioritas, maka kita bisa menolak orang lain tanpa harus merasa bersalah.
Ilustrasi: Sakit ginjal.
- Jika orang itu tak dikenal, ps Philip hanya akan mendoakan.
- Jika orang itu jemaat, ps Philip akan mendoakan, lalu me-referensi-kan orang itu pada dokter yang terpercaya, bahkan meminta tolong pada dokter itu secara pribadi
- Jika orang itu rekan sepelayanan yang lebih dekat, ps Philip bahkan akan menemani hingga ke Rumah Sakit.
- Jika itu istrinya, maka ps Philip akan menawarkan ginjalnya sendiri.
Saat kita berkata ya pada sesuatu, artinya kita sedang berkata tidak untuk hal lain:
- Ada pilihan antara keluarga dan pelayanan.
- Ada pilihan antara tidur/ istirahat dan kegiatan.
Untuk
suatu alasan yang tepat, kadang kita perlu berkata TIDAK
Hidup selalu dilema, maka Tuhan memberi kita kuasa untuk mengambil keputusan. Salah satu buah Roh adalah penguasaan diri, ini adalah kunci di tangan kita.
Antara
pelayanan dan keluarga keduanya baik, keduanya untuk Tuhan dan
menyenangkan Tuhan. Tapi harus dipilih. Kadang harus utamakan
pelayanan, kadang harus keluarga.
3. Supaya akhirnya kita bisa menyelesaikan pekerjaan Bapa dalam hidup kita.
Seumur hidupnya Yesus berkali-kali lewat gerbang indah. Tapi si lumpuh baru disembuhkan setelah Yesus mati, saat Petrus lewat situ, dan kemudian 3000 orang bertobat. Ini bukan karena Yesus tidak Maha Kuasa, tapi karena Yesus tahu batasan-batasan pelayananNya.
Kesuksesan
bukanlah seberapa banyak uang kita, tapi seberapa banyak kasih yang
kita curahkan dalam hati orang-orang yang mencintai kita.
Jangan
berusaha melakukan segala sesuatu, lakukan hanya yang Tuhan gariskan
bagi kita
Yesus
tidak menyembuhkan semua orang, tapi hanya sembuhkan orang yang Bapa
perintahkan untuk sembuhkan. Contoh: di tepi kolam Betesda hanya 1
orang yang disembuhkan.
Korespondensi:
antoniusfw@facebook.com
(FB);
antoniusfw1@gmail.com
(email);
@Antonius_FW
(tweeter); pin BB 5CE70545
WhatsApp,
Line, 085 727 868 064
No comments:
Post a Comment