Saturday, November 23, 2013

Wadah yang Besar 2 – Petrus Agung – Jumat, 15 November 2013

Jumat, 15 November 2013
Wadah yang Besar 2
Petrus Agung

7 Hal yang harus dilakukan supaya kita jadi besar
1. Kita harus punya visi/ target yang jelas dan besar
Manusia di desain dengan sebuah tujuan, dan tujuan Allah itu melekat dengan kehidupan kita.

Berfirmanlah Allah: " Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan- ikan di laut dan burung- burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. " (Kej 1: 26)

Cerita: Seorang menteri yang mengunjungi sebuah desa menggunakan helikopter, tapi tidak tahu alamatnya. Akhirnya dia turunkan heli di alun-alun kota, lalu tanya kepada orang yang ada di situ.

Biasanya Tuhan tidak berkenan dengan target kita, karena target kita terlalu kecil dibanding target Tuhan. Minimal kita harus mempunyai target, karena manusia di desain untuk hidup dengan tujuan.

Contoh: P Agung di bandara Changi Singapura. Saat ke toilet, di urinoir ada stiker lalat. Tujuan stiker itu supaya saat seseorang buang air, maka ada target, sehingga urinoir lebih bersih.

Manusia harus diberi target, jika tidak, maka akan melebar kemana-mana dan tidak fokus

"Ngglinding wae" adalah sikap hati menyerah kepada Tuhan. Tapi ada rambu-rambu yang Tuhan katakan kepada kita, diantaranya adalah visi yang Tuhan berikan. Tanpa visi umat binasa.

Where [ there is ] no vision, the people perish (Ams 29: 18a, KJV)

Ilustrasi: Yesus adalah gembala, kita domba-dombanya. Beda antara penggembala domba dan bebek: gembala domba berjalan di depan kawanan, gembala bebek berjalan di belakang. Artinya gembala domba punya visi/ target ke mana dia akan menuju.

Contoh memasang target: Sebuah warung dengan omset 200 ribu, naikkan targetnya jadi 400 ribu.

Target yang baru membuat kita temukan hal-hal baru, membuat kita bergerak dan muncul kreativitas.

Sebagian orang Kristen kurang peka. Jika hanya mengandalkan suara Tuhan seperti nabi, maka akan jadi masalah. Mulai buat target yang jelas! Saat kita berhasil meraih suatu target, maka ukuran iman (measure of faith) kita akan naik dan bertambah.

Orang-orang yang hidupnya berhasil, hidupnya punya tujuan dan target yang jelas.

Saat kita tetapkan target sesuai ukuran iman kita, ujungnya Tuhan akan beri kita jauh lebih dari yang kita pikirkan dan doakan. Tuhan memberikan “jauh lebih”, bukannya “berbeda”. Misal jika target kita 10, Tuhan bisa berikan 1000. Seringkali kesanggupan kita untuk menetapkan target kita melihat target sering kurang besar.

Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, (Ef 3: 20)

Hab 2: 2-3
Ay 2: that he may run that readeth it (Hab 2:2b,KJV). Visi yang tertulis dengan jelas membuat kita lari.

Jika menteri di kisah di atas punya GPS, maka tidak perlu menurunkan helikopternya untuk bertanya.
Ay 3: Semua janji Tuhan akan Tuhan berikan pada kita dengan cepat!

Alkitab mengisahkan bahwa Tuhan Yesus menanyakan target dari beberapa orang:
Bartimeus yang buta, mengemis di pintu kota Yerikho. Saat dia dengar Yesus lewat, teriakannya: "Yesus anak Daud", artinya menyebut Yesus sebagai Mesias. Dia tidak memanggil "Yesus orang Nazaret" seperti yang disebutkan orang lain, karena di Nazaret Yesus tidak lakukan mujizat apapun.
Saat bertamu, Yesus tahu bahwa Bartimeus buta, tapi bertanya: "apa yang kamu mau Aku perbuat"
Jawaban Bartimeus adalah tujuan/ targetnya.

Kita harus mampu mengelola secara roh apapun yang kita dengar. Jika kita tidak mampu melakukannya, maka hidup kita akan sangat terpengaruh orang lain.

Kisah orang yang 38 tahun sakit di tepi kolam Betesda. Yesus berbelas-kasihan, menghampiri, dan bertanya: "maukah engkau sembuh?"

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. (Mat 7: 7)

Langkah praktis:
  • Buat target yang jelas
  • Buat pembukuan yang baik, sehingga kita tahu pasti berapa berkat Tuhan yang kita terima.

2. Kita harus punya diversifikasi kerja : lebih dari satu pekerjaan
Untuk bisa memegang/ meng-handle uang dalam jumlah besar, kita harus belajar dari raja Salomo.
Kita harus punya diversifikasi kerja:

Kita harus punya sumber pemasukan, bisnis, pekerjaan lebih dari satu, dan jangan hanya satu.

Cukup 2 yang kita handle/ tangani sendiri hari demi hari. Untuk sumber penghasilan yang lain, biarkan uang yang bekerja buat kita, artinya usaha tersebut stabil dan bisa berkembang tanpa kita urusi hari- demi hari. Misalnya: investasi, tabungan jangka panjang, properti, saham yang stabil, emas, dll.

Taburkanlah benihmu pagi- pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua- duanya sama baik. (Pkh 11: 6)

Ayat di atas berbicara tentang 2 pekerjaan. Jika kita hanya punya 1 pekerjaan, maka pertahanan kita hanya 1 lapis. Begitu rusak, dampaknya akan parah.

Kisah bendahara yang tidak jujur. Saat bendahara ini akan dipecat, dia memanggil orang-orang yang berhutang pada tuannya, lalu memotong hutang mereka. Dari jenis hutangnya, kita tahu bahwa tuan itu punya bisnis minyak dan gandum.

Berikanlah bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang, karena engkau tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi. (Pkh 11: 2)

Jangan menyimpan dana milik kita di satu tempat/ bank yang sama.

Don't put all your eggs into one basket (@Warren Buffet)

Bagaimana mungkin satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat lari sepuluh ribu orang (Ul 32: 30a)

Ini adalah multiplikasi. Minta Tuhan berikan roh kreativitas, sehingga kita bisa mendapatkan 2 pekerjaan atau lebih. Saat mulai sukses, simpan/ investasikan hasilnya di beberapa tempat.

Contoh: Menyimpan uang di mata uang lokal dan luar negeri, sehingga dalam kondisi ekonomi apapun, kita bisa tetap tenang dan stabil.

Kej 41: 34-36 – Berdasar mimpi Firaun, Yusuf menyusun rencana untuk mengelola hasil pertanian di masa subur. Rakyat Mesir tidak tahu cara menghadapi bencana kelaparan.

Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar. (Ams 13: 22)

Rencana Yusuf untuk masa depan: menyimpan 20% dari apa yang di dapat.
Tindakan menyimpan 20% dari pendapatan kita dengan disiplin, akan memungkinkan kita menyambar peluang/ kesempatan yang tiba-tiba muncul.

Kej 47: 24 – Cara Yusuf mengelola penyimpanan gandum.
Saat kondisi sudah habis-habisan, dan mau menanam pada musim yang baru, Yusuf tetap meminta 1/5 bagian untuk Firaun. Sedangkan 4/5 bagian untuk benih dan dikonsumsi.

Saat semua hal di atas kita lakukan, maka hidup kita akan stabil walau ada goncangan

3. Waspadai jumlah investasi
Hindari investasi dalam jumlah yang jika mengalami kegagalan/ kerugian kita tidak akan sanggup menanggungnya.

Contoh: Seseorang yang menabung dan hidup berhemat selama puluhan tahun hingga tabungannya banyak. Suatu kali dia ditawari dan tergoda untuk ber-investasi di forex, dan semua tabungannya di-investasikan. Dalam waktu 2 minggu semuanya habis. Dia shock, lalu stroke. Suatu pagi dia terjatuh dan meninggal.
Jangan terlalu/ over optimis, karena semua hal ada resikonya

Pkh 5: 9-15
Tuhan mau memperbesar kapasitas kita, tapi tujuannya bukan supaya kita cinta akan uang atau kekayaan, karena ujungnya kita tidak pernah akan puas.

Here's a piece of bad luck I've seen happen: A man hoards far more wealth than is good for him. And then loses it all in a bad business deal. He fathered a child but hasn't a cent left to give him. (Pkh 5: 13-14, MSG)

Seseorang menimbun kekayaan begitu banyak, tetapi kehilangan semuanya dalam sebuah kesepakatan bisnis yang buruk. Akibatnya tidak ada simpanan untuk anak cucunya.

4. Bedakan antara roti dan benih
Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu. (Pkh 11: 1)

Berkat yang Tuhan berikan kepada kita sebagian benih, dan sebagian roti. Kita harus bisa bedakan antara benih dan roti, mana yang untuk menghidupi keluarga dan mana yang untuk ditabur. Orang yang melemparkan roti adalah orang yang tidak bertanggung-jawab kepada keluarganya.

Melempar roti ke air artinya: dana yang seharusnya dipergunakan untuk makan/ menghidupi keluarga, tapi digunakan untuk menabur

Tuhan tidak suka memeras uang kita, dan Tuhan tidak mau anak-anakNya miskin karena memberi persembahan.

Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah- buah kebenaranmu; (2Kor 9: 10)

Setiap kali kita menerima berkat dari Tuhan, sebagian untuk benih dan sebagian untuk roti.

Kesalahan orang Mesir: membeli gandum untuk konsumsi, tapi tidak untuk dijadikan benih.

Semua persembahan dan perpuluhan di Jki Injil Kerajaan masuk kas gereja. Penghasilan pendeta JKI dari gaji. Tapi karena belajar dan terbiasa menabur, hampir semua pendeta JKI punya rumah dan mobil sendiri.

Kita tetap harus terus menabur, karena tanpa menabur maka tanah hidup kita akan tandus. Menabur adalah rahasia hidup diberkati. Tapi kita harus mengamankan hidup (roti) bagi keluarga kita.

Kej 47: 19 – Di saat semua milik mereka sudah habis, barulah orang Mesir sadar dan meminta benih.

Roti tidak untuk dilemparkan ke ladang, apalagi ke air!

Banyak anak pendeta kepahitan kepada orang tuanya, karena orang tuanya kurang memenuhi kebutuhan keluarganya.

P Agung berharap tidak ada jemaat yang gunakan dana kebutuhan makan keluarga untuk red carpet. Red Carpet adalah perintah Tuhan, dan mengajari untuk melatih dan memperbesar iman kita. Tapi kita tetap harus memberi makan keluarga kita dengan baik.

5. Waspada terhadap hawa nafsu kita (1 Yoh 2: 16-17)
For all that is in the world—the lust of the flesh, the lust of the eyes, and the pride of life—is not of the Father but is of the world. (1 Yoh 2: 16, KJV)

Kita harus mewaspadai hal-hal berikut, karena bukan berasal dari Allah:
  • Hawa nafsu daging = the lust of the flesh : hidup enak dan bermewah-mewah, kedagingan.
  • Hawa nafsu mata = the lust of the eyes : tidak bisa menahan diri terhadap barang-barang dunia.
  • Keangkuhan hidup : sombong.

Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang (1Tim 6: 10a)
Hidup kita harus seimbang. Saat berkat Tuhan turun kita harus waspadai apa yang kita lihat, yang kita ingini, dan kesombongan, karena semua itu bisa membuat kita jatuh dengan cepat.

Yak 4: 1-4 – Manusia butuh keseimbangan:
  • Kita harus kuat saat ada kesulitan hidup.
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (Rm 8:35)

  • Tapi saat kita mengalami kemakmuran dan kelimpahan, kita juga harus tidak goyah.
And in my prosperity I said, I shall never be moved (Mzm 30: 6)

P Agung bertemu pemimpin gereja bawah tanah di China. Mereka tidak takut apapun: aniaya, disiksa, dipenjara, bahkan banyak yang jadi martir. Yang mereka takuti adalah: kemakmuran. Karena saat orang Kristen China makmur, dia meragukan apakah mereka tetap militan terhadap Tuhan.

Tuhan tidak mau berkatNya menghancurkan kita, maka kita tidak boleh cinta akan uang.

Jika keseimbangan di dalam kita rusak, dan kita merasa tertuduh, itu bisa menghancurkan kita.

Seorang fotografer olah-raga dari Afrika Selatan: Kevin Carter. Suatu hari dia pergi ke Sudan, lalu menyaksikan kelaparan di Sudan, lalu dia ambil fotonya. Foto-fotonya menunjukkan kelaparan yang parah di Sudan. Foto-fotonya mengusik nurani dunia, di-apresiasi baik oleh dunia.
Tahun 1993 dia mengambil foto seorang anak yang sekarat, dan ditunggui seekor burung pemakan bangkai. April 1994 dia dapatkan penghargaan pulitzer untuk foto itu. Saat dunia bertanya tentang nasib anak itu, Caarter tidak menyelamatkannya, hanya mengusir burung pemakan bangkai. Sampai hari ini tidak ada seorangpun tahu nasib anak itu. Orang berkata bahwa Carter menerima penghargaan atas kematian seorang anak itu, dan tidak berbuat apapun. Juli 1994 Kevin Carter bunuh diri karena depresi. Jika saat itu Carter selamatkan anak itu, bawa ke tempat pengungsian atau rumah sakit, maka dia akan jadi pahlawan, bukan sekedar fotografer.

Banyak anak-anak seperti di foto Carter yang membutuhkan berkat yang Tuhan beri kepada kita. Pencapaian terbaik kita di dunia, tidak menghilangkan tanggung-kawab kita sebagai anak Tuhan.

Saat Tuhan memberkati kita, kita harus selalu ingat tanggung-jawab, mandat dan visi kita untuk memberkati mereka yang membutuhkan.

6. Kita harus punya prioritas
Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan pintunya mencari kehancuran. (Ams 17: 19)

Memewahkan pintu: gaya hidup borju dan pamer, akibatnya mengundang orang berbuat jahat terhadap kita. Lebih baik kita tampil wajar, karena kemewahan bukan untuk dipamerkan.

Selesaikanlah pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang; baru kemudian dirikanlah rumahmu. (Ams 24: 27)

Kita harus tahu prioritas pertama. Lalu prioritas kedua. Manusia punya kebutuhan dasar: makan. Baru setelah itu rumah, dll.

7. Tuhan menjanjikan wadah berupa “lumbung” bagi kita
Kategori wadah dari terkecil hingga besar:
  1. Pundi-pundi / dompet.
  2. Tempayan
  3. Keranjang
  4. Lumbung

7.1. Level pundi-pundi
Mengacu pada kisah wanita yang membawa narwastu mahal, lalu dipecahkan untuk dan mengurapi Yesus (Mrk 14: 3-9).
Jika kapasitas kita adalah “pundi-pundi”, maka sikap kita hanya seperti Yudas yang mengkritik wanita tersebut. Kas rombongan Yesus dipegang Yudas, dan Yudas mencurinya. Yudas sebenarnya tidak berfikir tentang orang miskin.

Orang di level “pundi-pundi” punya banyak pendapat dan ide, tapi semua hanya untuk dirinya sendiri.
Karena semua untuk diri sendiri, maka di level “pundi-pundi” seseorang merasa kurang, sehingga harus mengambil bagian orang lain untuk dirinya.

Contoh orang di level “pundi-pundi”:
Ada pengusaha yang mengkritik red carpet. Menurutnya seharusnya tidak ke luar negri, tapi cukup ke Papua. P Agung jawab dengan memperkecil area: Jawa Tengah, lalu diperkecil lagi jadi kota Semarang, lalu diperkecil lagi jadi di dalam pabrik pengusaha itu sendiri. Saat ditanya apakah si pengusaha pernah memberitakan Yesus kepada pegawainya sendiri, ternyata dia belum lakukan. Bahkan pengusaha tersebut belum pernah ikut mendanai penginjilan. Saat benar-benar diajak penginjilan ke Papua, dia menghindar.
Jika pengusaha ini sudah melakukan penginjilan ke salah satu area, barulah dia berhak mengajukan keberatan/ protes.

Di level “pundi-pundi” seseorang mempunyai banyak teori dan pendapat, tapi sebetulnya tidak tulus.

Yesus memerintahkan kita memberitakan injil bukan bertahap dari area terdekat hingga terjauh, tapi semua dilakukan di saat yang bersamaan:

But ye shall receive power, after that the Holy Ghost is come upon you: and ye shall be witnesses unto me BOTH in Jerusalem, and in all Judea, and in Samaria, and unto the uttermost part of the earth (Kis 1:8, KJV)

7.2 Level tempayan
Mengacu pada kisah janda nabi yang minyaknya di lipat gandakan Tuhan (2Raj 4: 1-7). Pelipat-gandaan terhenti saat tempayannya habis.

Di level ini hidup kita cukup (just enough), hutang-hutang kita terbayar dan kita bisa hidup.

7.3 Level keranjang
Mengacu pada kisah “5 roti - 2 ikan”, Ada anak memberikan bekalnya, lalu Tuhan membuat pelipat-gandaan, semua orang makan sampai puas, dan ada sisa 12 bakul.

Di level ini kita belajar memberi, lalu Tuhan lipat-gandakan, sehingga kita mendapat lebih dari cukup (more than enough)

7.4. Level lumbung
Level ini menyebabkan terjadinya ledakan.

Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya. (Ams 3: 9-10, Msg)
Honor GOD with everything you own; give him the first and the best. Your barns will burst, your wine vats will brim over (Ams 3: 9-10, Msg)

Hormati Tuhan dengan semua yang kita miliki. Berikan padaNya yang terutama dan terbaik. Lumbung-lumbung kita akan penuh dengan cepat, dan pemerahan anggur kita akan melimpah.


Korespondensi:
antonius_fw@yahoo.com (email, YM dan FB);
@Antonius_FW (tweeter);
pin BB 24D0C381
WhatsApp – 085 727 868 064

No comments:

Post a Comment