Selasa,
28 Januari 2014
Saat
Tidak Ada Apa-Apa, Apa yang Kita Buat
Rhema
Radio
Petrus
Agung
Seringkali
setelah mengalami banyak hal (bencana, kerugian, dll), kita merasa
tidak punya apa-apa lagi. Kemudian timbul pertanyaan tentang hal yang
selanjutnya harus dilakukan. Banyak orang lalu membayangkan dirinya
berada di kondisi-kondisi yang berbeda, sehingga kondisi yang buruk
itu tidak perlu dialami. P Agung hadapkan semua ke Tuhan, dan Tuhan
berikan 10 hal yang harus dilakukan saat kita merasa tidak punya
apapun dan tidak ada peluang.
10
poin penting yang harus kita lakukan saat kita merasa tidak memiliki
apapun
1.
Tenanglah !
Tetapi
segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini,
jangan takut!" (Mat 14: 27)
Jika
kita tenang, kita bisa mendengar suara Tuhan, dan itu akan mengubah
segalanya.
Doa
orang yang benar, bila dengan yakin
didoakan, sangat besar kuasanya (Yak 5: 16b)
Karena
itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat
berdoa. (1 Ptr 4: 7)
2.
Jangan negative
thinking
/ cara berfikir yang negatif
Cara
berpikir negatif bentuknya mengasihani dan mengutuki diri sendiri
(nelangsa, miserable).
Contoh: memang nasibku begini, saya memang sial, saya dari keluarga
yang tidak punya apa-apa dan miskin, saya memang tidak bisa, dst.
Dampak
cara berfikir negatif:
- Mewarnai apapun yang kita lihat dan alami.
- Melumpuhkan dan membuat kita tidak berdaya
- Mengurangi kemampuan kerja kita
Contoh:
Perumpamaan tentang talenta 5-2-1. Hamba yang terima 5 dan 2 talenta
tidak mengeluh, tapi segera bekerja. Hamba yang terima 1 talenta yang
mengomel. Gerutuan dan omelan membuat kekuatan dan kemampuan kerja
kita menurun.
Kita
boleh kritis dan mempertanyakan banyak hal secara kritis. Tapi jika
cara berfikir kita selalu negatif maka kita tidak akan melakukan
apapun.
Contoh:
2 orang di desa penghasil kelapa. Yang seorang mulai mengumpulkan
sabut kelapa, rekannya mencemooh. Beberapa waktu kemudian usaha orang
pertama maju dan berhasil, karena batok kelapa yang semula hanya
sampah, sekarang menjadi bahan bakar yang harganya mahal. Sementara
rekannya tidak melakukan apapun, dan bertahun-tahun nasibnya tetap
sama.
Hidup
dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan
buahnya. (Ams 18: 21)
Sebab
seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri
demikianlah ia (Ams 23: 7a)
3. Jangan marah terhadap Tuhan dan orang lain.
Biasanya
orang yang panik juga berfikir negatif, apapun kemungkinan yang
diajukan kepadanya dibantah, kesempatan dianggap hambatan. Karena
panik dan berfikir negatif, maka tidak mendapatkan apapun. Tapi
karena orang seperti ini merasa dirinya benar, maka dia marah. Marah
pada orang lain karena iri, marah pada Tuhan karena merasa Tuhan
tidak adil.
Diberkati
Tuhan bukanlah dosa, tapi merupakan sebuah tanggung-jawab
Contoh:
Untuk memberi makan dan memberkati korban-korban bencana hingga ke
tempat-tempat yang sulit dijangkau, diperlukan biaya besar.
Jika
marah, hati kita akan jadi busuk, dan ujungnya kita tidak diberkati.
Pemarah mudah dikuasai dan ditaklukkan musuh. Jika ada orang dunia
yang berhasil, jangan iri atau marah. Pelajari keberhasilan dan
metode mereka.
Orang
yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh
temboknya. (Ams 25: 28)
4.
Jangan berharap kepada manusia.
Beginilah
firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia,
yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari
pada TUHAN ! (Yer 17: 5)
Diberkatilah
orang yang mengandalkan TUHAN,
yang menaruh harapannya pada TUHAN (Yer 17:7)
Manusia
cenderung berharap pada manusia lain, tapi pasti kita akan kecewa.
Tuhan ingin setiap kita berharap kepada Tuhan. Tuhan sering kali
memakai orang lain untuk memberkati kita, tapi sumber berkatnya
adalah Tuhan.
Kadang
kita melihat seseorang cukup diberkati, dan kita mengira dia bisa dan
pasti menolong kita. Jika saat kita meminta bantuan ternyata dia
sedang dalam masalah atau pergumulan, lalu menolak membantu,
kebanyakan orang cenderung jadi marah. Begitu kita marah dengan
penolakan itu, artinya kita mengandalkan manusia.
5.
Jangan berharap pada pekerjaan yang tidak jelas.
Ada
orang-orang yang hidupnya hanya mengandalkan 1 pekerjaan, dan
pekerjaan itu tidak jelas.
Contoh:
Pemburu harta karun. Pekerjaan seperti ini jangan dijadikan pekerjaan
utama, cukup sebagai hobi saja, jangan sampai mengganggu perekonomian
dan keluarga kita.
Kita
harus punya sumber pemasukan yang jelas! Yang tidak jelas tidak boleh
jadi yang utama.
6.
Jangan jadikan hutang sebagai pilihan utama
Sedapat
mungkin kita menghindari hutang, karena:
yang
berhutang menjadi budak dari yang menghutangi. (Ams 22:
7b)
Hutang
bisa mengakibatkan persahabatan dan persaudaraan renggang, bahkan
putus.
Hutang
tidak membuang persoalan cuma mengesernya saja, dan kelak tetap harus
kita hadapi.
Hutang
dengan perjanjian dan hitungan jelas bisa dipertimbangkan karena
produktif/ menghasilkan, biasanya dalam urusan dagang. Contoh hutang
yang tidak produktif: untuk biaya sekolah.
7. Jangan Takut
Tuhan
mengucapkan frasa "jangan
takut"
sebanyak 365 kali di dalam Alkitab. Artinya setiap hari Tuhan berkata
kepada kita: “jangan takut”, dan ini adalah sebuah jaminan.
Jika
ada yang salah: bertobat, jujur, akui, bereskan semuanya di hadapan
Tuhan.
8. Ada Mujizat di Sekitar Kita.
Contoh
di Alkitab:
- Kisah Hagar dan Ismail diusir dan hanya membawa serkibat air. Saat Hagar putus asa dan memohon kepada Tuhan, lalu Tuhan mendatangi Hagar dan membuka matanya sehingga melihat sebuah sumur. Sumur sudah ada di situ, tapi tidak terlihat sebelum Tuhan membuka mata Hagar.
Jika
kirbat air kita sudah kering, minta Tuhan membuka mata rohani kita,
supaya kita bisa melihat sumur yang sudah Tuhan sediakan bagi kita.
- Janda dan minyak. Dengan menjual minyak yang Tuhan lipat-gandakan, dia membayar hutangnya, dan hidup dari lebihnya.
Tuhan
melipat-gandakan apa yang kita punya, mujizat sudah di tangan kita
- Tepung dan minyak di genggaman janda Sarfat-lah yang dilipat-gandakan Tuhan lewat perkataan nabi Elia.
- 5 roti dan 2 ikan
- Pesta di Kana: Air menjadi anggur. Saat anggur habis, air dan tempayan sudah ada di situ.
- Kisah kota Samaria dikepung tentara Aram. Saat orang-orang kusta masuk perkemahan tentara Aram, makanan dan harta benda orang Aram ditinggalkan begitu saja.
9. Iman ada ukurannya.
Sebab
siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak
duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya
untuk menyelesaikan pekerjaan itu? (Luk 14: 28)
Berdasarkan
kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap
orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih
tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu
berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran
iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. (Rm 12:
3)
Cara
mengetahui ukuran iman kita: dari pengalaman kita dengan Tuhan. Iman
dan keinginan sangat berbeda. Kita baru bisa berkata “beriman
tentang suatu hal” jika sudah mendapat rhema dari Tuhan.
Artinya hal itu sudah disetujui (approve) oleh Tuhan.
Jadi,
iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
(Rm 10: 17)
Perkataan “saya imani” sebenarnya berarti: “saya ingini”. Keinginan kita belum tentu merupakan keinginan Tuhan. Keinginan tidak ada hitungannya, karena sangat dekat dengan hawa napsu. Orang beriman mencukupkan dengan apa yang ada, orang yang ber-keinginan ingin meraih segala sesuatu yang dia pikir mengagumkan, hasrat untuk pamer, dan ada muatan kesombongan.
Jika
kita menginginkan sesuatu, hadapkan hal itu pada Tuhan. Jika Tuhan
menyetujuinya, maka itu akan menciptakan iman, dan iman menimbulkan
ketenangan.
Contoh:
mobil.
Jika
kita ber-iman mempunyai mobil, kita juga harus beriman dalam hal
pajak, bahan bakar, pemeliharaannya. Jika hal yang lain itu tidak
dihitung, artinya kita ngawur/ asal saja, dan ujungnya akan
memberatkan hidup kita.
Jika
kita tidak punya apa-apa, ingini supaya kebutuhan kita tercukupi
Tuhan.
Semakin
seseorang bisa mengelola keuangan dengan baik, semakin hati-hati dia
membelanjakan uangnya. Orang yang digerakkan keinginan akan sangat
berani berhutang, bahkan untuk hal-hal yang bukan kebutuhan primer.
10. Peperangan rohani.
Tuhan
sudah memberi kita kemenangan, secara yuridis kita sudah menang. Tapi
secara de-vacto
kita harus menggusur, memerangi dan mengusir iblis.
Ilustrasi:
Kita
punya tanah, tapi diduduki orang lain secara liar. Saat digugat, kita
memenangkan perkara dan punya surat resminya. Tapi penghuni liar
tidak mau menyingkir dengan mudah dan berusaha terus menguasai tanah
tersebut. Baru setelah keluar perintah penggusuran, kita bisa
singkirkan mereka.
Sesudah
Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan
menunggu waktu yang baik (Luk 4: 13)
Iblis
tidak mudah menyerah begitu saja, tidak bisa diajak kompromi, dan
merupakan bapak dari segala penipu. Semua bentuk kompromi dengan
iblis ujungnya memperdaya kita.
Pelajari
peperangan rohani: menjarah dengan kuat, memerintahkan berkat datang
dalam hidup kita, mengucap syukur dalam segala perkara.
Firman
menjadikan yang tidak ada menjadi ada. Dengarkan rhema Tuhan, maka
kita akan memiliki segalanya.
Korespondensi:
antoniusfw@facebook.com
(FB);
antonius_fw@yahoo.com
(YM);
antoniusfw1@gmail.com
(email, YM dan FB);
@Antonius_FW
(tweeter);
pin
BB 24D0C381
WhatsApp
– 085 727 868 064